tulisan

Welcome Blog PT.Sony Music Indonesia

Rabu, 27 April 2011

Linux Networking

Internet Protocol  
Untuk terhubung pada suatu jaringan diperlukan penomoran dari Internet Protocol yang ada 
pada PC tersebut. Teknik penomoran IP  ada 2 yaitu manual dan otomatis (DHCP). 

Pada suatu jaringan diperlukan IP dan netmask, contoh: 
192.168.0.1/255.255.255.0  
192.168.0.1 adalah penomoran IP, sedangkan 255.255.255.0 adalah netmask dari jaringan 
tersebut. IP memiliki beberapa class yang terbagi menurut jumlah IP tersebut. Class yang 
ada antara lain: 

A. 10.x.x.x dengan netmask 255.0.0.0  
B. 172.16.x.x s/d 172.31.x.x dengan netmask 255.255.0.0  
C. 192.168.0.x s/d 192.168.255.x dengan netmask 255.255.255.0  
D dan E tidak digunakan, karena diperuntukan untuk penelitian 

Penomoran netmask dapat disingkat, misalkan 255.255.255.0 dapat disingkat menjadi/24 

Setting IP di Linux
a. Perintah “ifconfig”  

Dengan menggunakan perintah ifconfig, root dapat mengganti setting IP untuk jaringan. 
Contoh : highway:~#ifconfig  

eth0                 Linkencap:EthernetHWaddr00:0C:F1:BA:38:43
inetaddr:10.252.102.143Bcast:10.252.102.255Mask:255.255.255.0
inet6addr:fe80::20c:f1ff:feba:3843/64Scope:Link
UPBROADCASTRUNNINGMULTICASTMTU:1500Metric:1
RXpackets:7827318errors:0dropped:0overruns:0frame:0
TXpackets:5486496errors:0dropped:0overruns:0carrier:0
collisions:0txqueuelen:1000
RXbytes:2529035045(2.3GiB)TXbytes:1421757215(1.3GiB)

Lo           Linkencap:LocalLoopback
inetaddr:127.0.0.1Mask:255.0.0.0
inet6addr:::1/128Scope:Host
UPLOOPBACKRUNNINGMTU:16436Metric:1
RXpackets:999errors:0dropped:0overruns:0frame:0
TXpackets:999errors:0dropped:0overruns:0carrier:0collisions:0txqueuelen:0RXbytes:68831
(67.2KiB)TXbytes:68831(67.2KiB) 


Untuk mengganti IP dapat dilakukan dengan cara : # ifconfig eth0 192.168.0.1 netmask 255.255.25.0 
b. Dengan menyimpan konfigurasi jaringan 
Pada Debian GNU/Linux, file konfigurasi jaringan terdapat pada /etc/network/interfaces, 
dapat dilakukan dengan menggunakan editor vim, nano, atau mcedit. 
# vim /etc/network/interfaces 
pada file tersebut ketikkan syntax berikut: 
 
auto lo
iface lo inet loopback
 

auto eth0
iface eth0 inet static
address 10.252.108.143 

netmask 255.255.255.0

kemudian jalankan perintah “/etc/init.d/networking restart” 
apabila ingin menggunakan DHCP ganti “iface eth0 inet static” menjadi “iface eth0 inet dhcp”  

Tools Networik  
  a. ping, tools mengirimkan text ke client
  b. mtr, aplikasi traceroute dan ping

 Alat dan Bahan
1. PC/Laptop menggunakan sistem Operasi Linux
2. Kabel UTP, switch, hub,

LANGKAH PERCOBAAN 
1  Ganti IP dari masing-masing komputer menjadi network 172.16.0.0/16 tidak boleh ada 
    yg sama, lakukan dengan perintah “ifconfig” maupun dengan menuliskan interfaces.Tulisk
    an pada laporan  
2  Ping pada masingmasing PC di jaringan, tuliskan hasilnya pada laporan  
3  Rubah setting IP tersebut menjadi DHCP, kemudian lakukan “/etc/init.d/networking
    restart”. Tuliskan cara setting dan hasil dari perintah tersebut di laporan.  

A.  Percobaan mengunakan perintah ”ifconfig” 

mengganti IP address pada linux dengan menggunakan printah ifconfig hanya sementara, setelah komputer di restart kembali maka akan kembali ke IP awal. sedangkan menggunakan perintah seperti pada gambar di bawah, maka IP address akan permanen.  

auto lo 
iface lo inet loopback 

auto eth0 
iface eth0 inet static 
address 172.16.0.5

netmask 255.255.0.0  
tambahkan IP address dan netmask seperti diatas, IP address dan netmask disesuaikan seperti pada dasar teori di atas.
kemudian lakukan perintah diatas. untuk merestart jaringan yang sudah di ubah.
lakukan perintah ifconfig pada terminal, gunanya untuk memastikan apakah IP address sudah terganti atau belum. Jika sudah lanjut ke perintah berikutnya
.
B.  Percobaan ”ping” pada masingmasing PC di jaringan 
C.  Percobaan merubah setting IP tersebut menjadi DHCP ubah "static" menjadi "dhcp"

kemudian lakukan restart
kemudian dengan perintah ifconfig, lihat IP address apakah sudah terganti DHCP atau belum.
IP ADDRESS DHCP : 172.22.22.101 dan NETMASK : 255.255.255.0
kemudian lakukan ping pada komputer yang lain yang sudah mengganti static menjadi dhcp

Rabu, 20 April 2011

configurasi lan pada linux

Konfigurasi Linux sebagai Gateway Internet web desain grafis
Di tutorial jaringan komputer kali ini saya akan menjelaskan proses installasi linux yang nantinya akan dijadikan sebagai gateway internet.

Btw, gateway itu sendiri memiliki definisi sebuah komputer yang melayani konversi protokol antara beberapa tipe yang berbeda dari suatu network atau program aplikasi. Sebagai contoh, sebuah gateway dapat meng-convert sebuah paket TCP/IP menjadi paket NetWare IPX atau dari Apple Talk menjadi DECnet, dan lain-lain. ( Andino-Kamus TI – Ilmukomputer.com )
Gateway inilah yang nantinya akan menghubungkan jaringan local dalam hal ini LAN dengan jaringan public yaitu internet.
Sebagai catatan dalam percobaan ini penulis menggunakan Redhat Linux 9, dan Fedora Core 4. Menggunakan koneksi ADSL speedy dengan IP Static ( penulis pun bingung, karena baru pertama kali ini penulis diberikan koneksi ADSL speedy dengan IP Static. :D . Ini nyata.)
Sebelumnya paket yang kita butuhkan adalah :
rp-pppoe-3.5-27.i386.rpm
Tapi setahu penulis paket tersebut sudah terinstall dalam distro tersebut, untuk mengetahui apakah pake tersebut sudah terinstall didalamnya login sebagai root :
root@alk.root#rpm -qa  | grep pppoe
rp-pppoe-3.5-27
Perlu diketahui komputer yang akan dijadikan sebagai gateway nanti membutuhkan 2 ethernet card nantinya.
Yupz, langsung aja kita menuju pokok pembahasannya.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah memeriksa apakah kedua ethernet card tersebut sudah terdetek dengan baik:
root@alk.root#ifconfig
eth0      Link encap:Ethernet  HWaddr 00:0C:29:EE:71:11
          inet addr:192.168.1.1  Bcast:192.168.1.255  Mask:255.255.255.0
          inet6 addr: fe80::20c:29ff:feee:7111/64 Scope:Link
          UP BROADCAST RUNNING MULTICAST  MTU:1500  Metric:1
          RX packets:61 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
          TX packets:85 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
          collisions:0 txqueuelen:1000
          RX bytes:6938 (6.7 KiB)  TX bytes:10092 (9.8 KiB)
          Interrupt:10 Base address:0×1080
eth1    Link encap:Ethernet  HWaddr 00:0C:29:EE:71:1B
          inet addr:192.168.100.1  Bcast:192.168.100.255  Mask:255.255.255.0
          inet6 addr: fe80::20c:29ff:feee:711b/64 Scope:Link
          UP BROADCAST RUNNING MULTICAST  MTU:1500  Metric:1
          RX packets:0 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
          TX packets:21 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
          collisions:0 txqueuelen:1000
          RX bytes:0 (0.0 b)  TX bytes:1796 (1.7 KiB)
          Interrupt:9 Base address:0×1400

lo        Link encap:Local Loopback
          inet addr:127.0.0.1  Mask:255.0.0.0
          inet6 addr: ::1/128 Scope:Host
          UP LOOPBACK RUNNING  MTU:16436  Metric:1
          RX packets:35 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
          TX packets:35 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
          collisions:0 txqueuelen:0
          RX bytes:2190 (2.1 KiB)  TX bytes:2190 (2.1 KiB)
Yup, jika anda mendapatkan komentar seperti itu silahkan menuju ke tahap selanjutnya. Jika tidak ? Silahkan googling :D~~~.
Langkah berikutnya adalah mengkonfigurasi ethernet card tersebut. Agar nantinya konfigurasi tersebut dapat dijalankan secara otomatis ketika boot. File konfigurasi ethernet dalam linux memiliki penamaan ethx, x ini menandakan pengurutan, jika terdapat 2 ethernet card dalam komputer anda maka, file konfigurasinya adalah eth0 dan eth1. Letak file konfigurasi secara default terdapat dalam :
/etc/sysconfig/network-scripts/ifcfg-ethx

Karena nantinya kita akan menggunakan 2 lancard tersebut, maka file yang akan kita konfigurasi adalah :
/etc/sysconfig/network-scripts/ifcfg-eth0 dan /etc/sysconfig/network-scripts/ifcfg-eth1

Sebagai contoh, konfigurasi eth0 yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
DEVICE=eth0
BOOTPROTO=static
BROADCAST=192.168.1.255
HWADDR=00:0C:29:EE:71:11
IPADDR=192.168.1.1
NETMASK=255.255.255.0
NETWORK=192.168.1.0
ONBOOT=yes
TYPE=Ethernet
DEVICE : merupakan ethernet apa yang akan dikonfigurasi.
BOOTPROTO : status dari penggunaan ip address, apakah bersifat dynamic ( DHCP ) atau static.
BROADCAST : alamat broadcast jaringan yang digunakan.
HWADDR : alamat fisik dari ethernet card tersebut, biasa disebut Mac Address.
IPADDR : alamat ip yang nanti akan digunakan oleh gateway linux. Alamat ini yang nantinya akan berhubungan langsung dengan protol tcp/ip.
NETMASK : subnet mask yang digunakan oleh device eth0. subnet mask ini digunakan untuk membagi jaringan menjadi lebih kecil.
ONBOOT : apakah nanti akan diproses ketika BOOT ??

Dan konfigurasi eth1 yang digunakan oleh penulis :
DEVICE=eth1
BOOTPROTO=static
BROADCAST=192.168.100.255
HWADDR=00:0C:29:EE:71:1B
IPADDR=192.168.100.1
NETMASK=255.255.255.0
NETWORK=192.168.100.0
ONBOOT=yes
TYPE=Ethernet
Kemudian restart service network.
root@alk.root#/etc/init.d/network restart
Sebelum ke langkah selanjutnya, perlu diketahui bahwa, anda diharuskan untuk mengaktifkan mode bridge pada modem adsl.
Langkah selanjutnya adalah konfigurasi ADSL-nya :
root@alk.root#adsl-setup
# pertama kali akan ditanyakan username yang telah diberikan oleh pihak ISP anda
LOGIN NAME
Enter your Login Name:
121303xxxxxx@telkom.net
#device yang berhubungan langsung dengan modem adsl anda, dalam hal ini eth1
INTERFACE
Enter the Ethernet interface connected to the ADSL modem
For Solaris, this is likely to be something like /dev/hme0.
For Linux, it will be ethX, where ‘X’ is a number.
(default eth0):eth1
# kalo yang ini pilih no aja, karena ketika demand diaktifkan maka anda tidak bisa
# menggunakan IP yang dynamic
 Enter the demand value (default no): no
# DNS yang digunakan, bagian ini bisa diisi nanti. Lewat saja.
# password yang diberikan oleh ISP anda, berbarengan dengan diberikannya username tadi
PASSWORD
Please enter your Password:xxxxxxxx
# pemberian akses kepada user untuk menjalankan/mematikan adsl  
USERCTRL
Please enter ‘yes’ (three letters, lower-case.) if you want to allow
normal user to start or stop DSL connection (default yes):
yes
# langkah berikutnya adalah berkenaan dengan firewall disini penulis memilih no 2
The firewall choices are:
0 – NONE: This script will not set any firewall rules.  You are responsible
      for ensuring the security of your machine.  You are STRONGLY
      recommended to use some kind of firewall rules.
1 – STANDALONE: Appropriate for a basic stand-alone web-surfing workstation
2 – MASQUERADE: Appropriate for a machine acting as an Internet gateway
      for a LAN
Choose a type of firewall (0-2):2
# apakah akan dijalankan secara otomatis ketika boot ?
Start this connection at boot time
Do you want to start this connection at boot time?
Please enter no or yes (default no):yes
Dan selanjutnya ketik y saja untuk mensave konfigurasi diatas.
Ada beberapa konfigurasi yang perlu dilakukan. Penulis memberikan sedikit konfigurasi tambahan yang diletakkan pada file /etc/rc.local
echo 1 > /proc/sys/net/ipv4/ip_forward
iptables -A POSTROUTING -j MASQUERADE -t nat -s 192.168.1.0/24 -o ppp0
konfigurasi tersebut digunakan untuk meneruskan paket ip dan melakukan masquerade. Masquerade sendiri merupakan proses membagi bandwith, karena pada dasarnya isp hanya memberikan satu koneksi dengan satu ip, maka agar dapat digunakan secara beramai-ramai maka perlu dilakukan masquerade.
Selanjutnya anda tinggal menambahkan dns server yang diberikan oleh telkom pada file konfigurasi /etc/resolv.conf, yang penulis gunakan adalah 202.134.0.155.
root@alk.root#echo nameserver 202.134.0.155 > /etc/resolv.conf
root@alk.root#cat /etc/resolv.conf
nameserver 202.134.0.155
Selanjutnya anda tinggal menjalankan adsl-start.

Selasa, 19 April 2011

IP Address Dan Subnetting

Internet Protocol (IP) address adalah alamat numerik yang ditetapkan untuk sebuah komputer yang berpartisipasi dalam jaringan komputer yang memanfaatkan Internet Protocol untuk komunikasi antara node-nya. Walaupun alamat IP disimpan sebagai angka biner, mereka biasanya ditampilkan agar memudahkan manusia menggunakan notasi, seperti 208.77.188.166 (untuk IPv4), dan 2001: db8: 0:1234:0:567:1:1 (untuk IPv6). Peran alamat IP adalah sebagai berikut: "Sebuah nama menunjukkan apa yang kita mencari. Sebuah alamat menunjukkan di mana ia berada. Sebuah route menunjukkan bagaimana menuju ke sana.

Perancang awal dari TCP/IP menetapkan sebuah alamat IP sebagai nomor 32-bit, dan sistem ini, yang kini bernama Internet Protocol Version 4 (IPv4), masih digunakan hari ini. Namun, karena pertumbuhan yang besar dari Internet dan penipisan yang terjadi pada alamat IP, dikembangkan sistem baru (IPv6), menggunakan 128 bit untuk alamat, dikembangkan pada tahun 1995 dan terakhir oleh standar RFC 2460 pada tahun 1998.

Internet Protocol juga memiliki tugas routing paket data antara jaringan, alamat IP dan menentukan lokasi dari node sumber dan node tujuan dalam topologi dari sistem routing. Untuk tujuan ini, beberapa bit pada alamat IP yang digunakan untuk menunjuk sebuah subnetwork. Jumlah bit ini ditunjukkan dalam notasi CIDR, yang ditambahkan ke alamat IP, misalnya, 208.77.188.166/24.

Dengan pengembangan jaringan pribadi / private network, alamat IPv4 menjadi kekurangan, sekelompok alamat IP private dikhususkan oleh RFC 1918. Alamat IP private ini dapat digunakan oleh siapa saja di jaringan pribadi / private network. Mereka sering digunakan dengan Network Address Translation (NAT) untuk menyambung ke Internet umum global.
 
Untuk  beberapa  alasan  yang menyangkut  efisiensi  IP  Address, mengatasi  masalah  topologi  network  dan  organisasi,  network administrator  biasanya melakukan  subnetting.  Esensi  dari  subnetting adalah  “memindahkan”  garis  pemisah  antara  bagian  network  dan bagian  host  dari  suatu  IP  Address.  Beberapa  bit  dari  bagian  host dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian network. Address satu network menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara  ini menciptakan  sejumlah network  tambahan,  tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Subnetting  juga dilakukan untuk mengatasi perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network. Router IP dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media  fisik yang berbeda hanya jika setiap network memiliki address network yang unik. Selain itu,  dengan  subnetting,  seorang  Network  Administrator  dapat mendelegasikan pengaturan host address seluruh departemen dari suatu perusahaan  besar  kepada  setiap departemen,  untuk  memudahkannya dalam mengatur keseluruhan network.
Suatu  subnet  didefinisikan  dengan  mengimplementasikan masking bit  (subnet mask  ) kepada  IP Address. Struktur  subnet mask sama dengan struktur IP Address, yakni terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Bit-bit dari IP Address yang “ditutupi” (masking) oleh bit-bit  subnet mask yang  aktif dan bersesuaian akan diinterpretasikan sebagai  network  bit.  Bit  1  pada  subnet  mask  berarti  mengaktifkan masking  (  on  ),  sedangkan  bit  0  tidak  aktif  (  off  ).    Sebagai  contoh kasus,  mari  kita  ambil  satu  IP  Address  kelas  A  dengan  nomor 44.132.1.20. Ilustrasinya dapat dilihat Tabel berikut :
tabel-subnet1
Dengan aturan standard, nomor network IP Address ini adalah 44 dan nomor host adalah 132.1.20. Network  tersebut dapat menampung maksimum lebih dari 16 juta host yang  terhubung langsung. Misalkan pada address  ini akan akan diimplementasikan  subnet mask  sebanyak 16  bit  255.255.0.0.(  Hexa  =  FF.FF.00.00  atau  Biner  = 11111111.11111111.00000000.00000000 ). Perhatikan bahwa pada 16 bit  pertama  dari  subnet mask  tersebut  berharga  1,  sedangkan  16  bit berikutnya 0. Dengan demikian, 16 bit pertama dari suatu  IP Address yang dikenakan  subnet mask  tersebut akan dianggap  sebagai network bit.  Nomor  network  akan  berubah  menjadi  44.132  dan  nomor  host menjadi  1.20.  Kapasitas  maksimum  host  yang  langsung  terhubung pada network menjadi sekitar 65 ribu host.
Subnet mask di atas identik dengan standard IP Address kelas B. Dengan menerapkan subnet mask tersebut pada satu network  kelas A, dapat dibuat 256 network baru dengan kapasitas masing-masing subnet etara  network  kelas  B.  Penerapan  subnet  yang  lebih  jauh  seperti 255.255.255.0  (  24  bit  )  pada  kelas  A  akan  menghasilkan  jumlah network  yang  lebih    besar  (  lebih  dari  65  ribu  network  )  dengan kapasitas  masing-masing  subnet  sebesar  256  host.
Network  kelas  C juga  dapat  dibagi-bagi  lagi  menjadi  beberapa  subnet  dengan menerapkan  subnet  mask  yang  lebih  tinggi  seperti  untuk  25  bit
(255.255.255.128),  26  bit  (255.255.255.192),  27  bit  (255.255.255.224) dan seterusnya.
Subnetting dilakukan pada  saat konfigurasi  interface. Penerapan subnet  mask  pada  IP  Address  akan  mendefinisikan  2  buah  address baru, yakni Network Address dan Broadcast Address. Network address didefinisikan  dengan menset  seluruh  bit  host  berharga  0,  sedangkan broadcast  address  dengan  menset  bit  host  berharga  1.  Seperti  yang telah  dijelaskan  pada  bagian  sebelumnya,  network  address  adalah alamat network yang berguna pada informasi routing. Suatu host yang tidak  perlu mengetahui    address  seluruh  host  yang  ada  pada network yang  lain.  Informasi  yang  dibutuhkannya  hanyalah  address  dari network yang akan dihubungi  serta gateway untuk mencapai network tersebut. Ilustrasi mengenai subnetting, network address dan broadcast address  dapat  dilihat  pada  Tabel  di  bawah.  Dari  tabel  dapat disimpulkan bagaimana nomor network standard dari suatu IP Address diubah menjadi nomor subnet/subnet address melalui subnetting.
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet
192.168.1.0
192.168.1.64
192.168.1.128
192.168.1.192
Host Pertama
192.168.1.1
192.168.1.65
192.168.1.129
192.168.1.193
Host Terakhir
192.168.1.62
192.168.1.126
192.168.1.190
192.168.1.254
Broadcast
192.168.1.63
192.168.1.127
192.168.1.191
192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30

Ethernet IEEE 802.3,IEEE 802.5,IEEE 802.11

IEEE 802.3 
      IEEE 802.3 adalah sebuah kumpulan standar IEEE yang mendefinisikan lapisan fisik dan sublapisan media access control dari lapisan data-link dari standar Ethernet berkabel. IEEE 802.3 mayoritas merupakan teknologi Local Area Network (LAN), tapi beberapa di antaranya adalah teknologi Wide Area Network (WAN). IEEE 802.3 juga merupakan sebuah teknologi yang mendukung arsitektur jaringan IEEE 802.1 

DIX Ethernet dan IEEE 802.3
Spesifikasi Ethernet yang asli (yang disebut sebagai "Experimental Ethernet") dikembangkan oleh Robert Metcalfe pada tahun 1972 dan dipatenkan pada tahun 1978 dan dibuat berbasiskan bagian dari protokol nirkabel ALOHAnet. Memang, Experimental Ethernet sudah tidak digunakan lagi saat ini, tapi dapat dianggap sebagai protokol Ethernet oleh sebagian kalangan. Ethernet yang dikenal sekarang yang digunakan di luar Xerox adalah DIX Ethernet. Tetapi, karena DIX Ethernet juga dikembangkan dari Experimental Ethernet, dan semakin banyak standar yang juga dikembangkan berbasiskan teknologi DIX Ethernet, komunitas teknis telah menganggap bahwa semuanya adalah Ethernet.

Format Frame IEEE 802.3

    IEEE 802.3 adalah sebuah format frame yang merupakan hasil penggabungan dari spesifikasi IEEE 802.2 dan IEEE 802.3, dan terdiri atas header dan trailer IEEE 802.3 dan sebuah header IEEE 802.2.
 

Struktur data

Sebuah frame IEEE 802.3 terdiri atas beberapa field sebagai berikut:
  • Header IEEE 802.3:
    • Preamble
    • Start Delimiter
    • Destination Address
    • Source Address
    • Length
  • Header IEEE 802.2 Logical Link Control:
    • Destination Service Access Point (DSAP)
    • Source Service Access Point (SSAP)
    • Control
  • Payload
  • Trailer IEEE 802.3:
    • Frame Check Sequence (FCS)
    • Preamble

           Field Preamble adalah sebuah field berukuran 7 byte yang terdiri atas beberapa bit angka 0 dan 1 yang dapat melakukan sinkronisasi dengan perangkat penerima. Setiap byte dalam field ini berisi 10101010. 
       
      Start Delimiter
           Field Start Delimiter adalah sebuah field berukuran 1 byte yang terdiri atas urutan bit 10101011, yang mengindikasikan permulaan frame Ethernet yang bersangkutan. Kombinasi antara field Preamble dalam IEEE 802.3 dan Start Delimiter adalah sama dengan field Preamble dalam Ethernet II, baik itu ukurannya maupun urutan bit yang dikandungnya. 
       
      Destination Address
           Field Destination Address adalah field berukuran 6 byte yang sama dengan field Destination Address dalam Ethernet II, kecuali dalam IEEE 802.3 mengizinkan ukuran alamat 6 byte dan juga 2 byte. Meskipun demikian, alamat 2 byte tidak sering digunakan.  
      Source Address
          Field Source Address adalah field berukuran 6 byte yang sama dengan field Source Address dalam Ethernet II, kecuali dalam IEEE 802.3 mengizinkan ukuran alamat 6 byte dan juga 2 byte. Meskipun demikian, alamat 2 byte tidak sering digunakan. 
       
      Length
           Field Length adalah sebuah field yang berukuran 2 byte yang mengindikasikan jumlah byte dimulai dari byte pertama dalam header LLC hingga byte terakhir field Payload. Field ini tidak memasukkan header IEEE 802.3 atau field Frame Check Sequence. Ukuran minimumnya adalah 46 (0x002E), dan nilai maksimumnya adalah 1500 (0x05DC). 
       
      Destination Service Access Point
           Field Destination Service Access Point (DSAP) adalah sebuah field berukuran 1 byte yang mengindikasikan protokol lapisan tinggi yang digunakan oleh frame pada node tujuan. Field ini adalah salah satu dari field-field IEEE 802.2 Logical Link Control (LLC). Field ini bertindak sebagai tanda pengenal protokol (protocol identifier) yang digunakan di dalam format frame IEEE 802.3. Nilai-nilainya ditetapkan oleh IANA. 
       
      Source Service Access Point
           Field Source Service Access Point (SSAP) adalah sebuah field berukuran 1 byte yang mengindikasikan protokol lapisan tinggi yang digunakan oleh frame pada node sumber. Field ini adalah salah satu dari field-field IEEE 802.2 Logical Link Control (LLC). Field ini bertindak sebagai tanda pengenal protokol (protocol identifier) yang digunakan di dalam format frame IEEE 802.3. Nilai-nilainya ditetapkan oleh IANA.
    • Token Ring: IEEE 802,5 Protokol LAN
    • Token Ring adalah sebuah protokol LAN yang didefinisikan dalam IEEE 802,5 mana semua stasiun yang terhubung dalam sebuah cincin dan setiap stasiun langsung bisa mendengar transmisi hanya dari tetangga terdekatnya. Izin untuk mengirimkan diberikan dengan pesan (token) yang beredar di sekitar ring. 
           Token Ring sebagaimana didefinisikan dalam IEEE 802,5 berasal dari IBM Token Ring teknologi LAN. Keduanya didasarkan pada teknologi Token Passing. Sementara mereka berbeda dalam cara kecil tapi umumnya kompatibel satu sama lain. 
      Token-passing networksmove sebuah bingkai kecil, yang disebut token, sekitar jaringan. Kepemilikan dari token memberikan hak untuk mengirimkan. Jika node menerima token tidak memiliki informasi untuk mengirim, itu merebut token, mengubah 1 bit dari token (yang mengubah token menjadi awal urutan-frame), menambahkan informasi yang ingin mengirimkan, dan mengirim ini informasi ke stasiun berikutnya pada cincin. Sementara frame informasi mengitari cincin, tidak ada token pada jaringan, yang berarti bahwa stasiun lain ingin mengirim harus menunggu. Oleh karena itu, tabrakan tidak dapat terjadi dalam jaringan Token Ring.
           Bingkai informasi beredar cincin itu sampai mencapai stasiun tujuan yang dimaksud, yang salinan informasi untuk diproses lebih lanjut. Bingkai informasi terus lingkaran cincin dan akhirnya dihapus ketika mencapai stasiun yang mengirim. Stasiun yang mengirim dapat memeriksa kembali frame untuk melihat apakah frame terlihat dan kemudian disalin oleh tujuan. 
         Tidak seperti Ethernet CSMA / CD jaringan, token-passing jaringan yang deterministik, yang berarti bahwa adalah mungkin untuk menghitung waktu maksimum yang akan berlalu sebelum setiap stasiun akhirnya akan mampu menularkan. Fitur dan kehandalan fitur beberapa membuat jaringan Token Ring ideal untuk aplikasi di mana penundaan harus operasi jaringan diprediksi dan kuat adalah penting. The Fiber Distributed-Data Interface (FDDI) juga menggunakan protokol Token Passing.
       
      Protokol Struktur - Token Ring: IEEE 802,5 Protokol LAN
      Table 1. Protokol Struktur - Token Ring: IEEE 802,5 Protokol LAN
       
      ·       SDEL / Edel - Pembatas Mulai Pembatas / Akhir. Baik SDEL dan Edel memiliki pelanggaran kode disengaja Manchester pada posisi bit tertentu sehingga awal dan akhir sebuah frame sengaja tidak pernah bisa diakui di tengah data lainnya.
      ·         AC - Akses kontrol Berisi lapangan bidang Prioritas.
      ·         FC - Frame bidang kontrol menunjukkan apakah frame berisi data atau kontrol informasi
      ·         Alamat Tujuan - Alamat tujuan stasiun
      ·         Alamat Sumber - Sumber alamat stasiun.
      ·    Route Informasi - Bidang dengan routing kontrol, descriptor rute dan jenis informasirouting.
      ·         Informasi - Bidang Informasi dapat LLC atau MAC.
      ·         FCS - Frame cek urutan.
      ·    Frame Status - Berisi bit yang dapat ditetapkan oleh penerima frame untuk sinyal
                      pengakuan dari alamat dan apakah frame tersebut berhasil disalin.
    • IEEE 802.11

           IEEE 802.11 adalah satu set standar untuk implementasi jaringan area lokal nirkabel (WLAN) komunikasi komputer di 2.4, 3.6 dan 5 GHz band frekuensi. Mereka diciptakan dan dipelihara oleh IEEE LAN / MAN Standards Committee (IEEE 802). Versi base saat ini dari standar ini IEEE 802,11-2007.
       
      Keterangan umum
         Keluarga 802.11 terdiri dari serangkaian teknik modulasi over-the-air yang menggunakan protokol dasar yang sama. Yang paling populer adalah yang didefinisikan oleh protokol 802.11b dan 802.11g, yang perubahan standar asli. 802,11-1.997 adalah standar jaringan nirkabel pertama, tetapi 802.11b yang pertama diterima secara luas satu, diikuti 802.11g dan 802.11n. Keamanan awalnya sengaja lemah karena persyaratan ekspor dari beberapa pemerintah, dan kemudian disempurnakan melalui amandemen 802.11i setelah perubahan pemerintah dan legislatif. 802.11n adalah teknik modulasi baru multi-streaming. Standar lainnya dalam keluarga (c-f, h, j) adalah layanan perubahan dan ekstensi atau koreksi dengan spesifikasi sebelumnya.
       
          802.11b dan 802.11g menggunakan band ISM 2,4 GHz, yang beroperasi di Amerika Serikat di bawah Bagian 15 dari Komisi Komunikasi Federal AS Aturan dan Peraturan. Karena pilihan ini band frekuensi, peralatan 802.11b dan g kadang-kadang mungkin menderita gangguan dari oven microwave, telepon tanpa kabel dan perangkat Bluetooth. 802.11b dan 802.11g kontrol gangguan mereka dan kerentanan terhadap interferensi dengan menggunakan direct-sequence spread spectrum (DSSS) dan orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM) metode sinyal, masing-masing. 802.11a menggunakan pita 5 GHz U-NII, yang bagi sebagian besar dunia, menawarkan setidaknya 23 saluran non-overlapping daripada band frekuensi 2,4 GHz ISM, di mana semua saluran tumpang tindih. Performa yang lebih baik atau lebih buruk dengan yang lebih tinggi atau frekuensi rendah (saluran) dapat direalisasikan, tergantung padalingkungan.

          Segmen spektrum frekuensi radio yang digunakan oleh 802.11 bervariasi antara negara. Di AS, 802.11a dan 802.11g alat bisa dioperasikan tanpa izin, sebagaimana yang diperbolehkan dalam Bagian 15 dari Aturan FCC dan Peraturan. Frekuensi yang digunakan oleh saluran satu sampai enam dari 802.11b dan 802.11g berada dalam band amatir radio 2,4 GHz.
       
      Sejarah
          802.11 teknologi telah asal-usul dalam keputusan 1985 oleh Komisi Komunikasi Federal AS yang dirilis band ISM untuk penggunaan tanpa izin.
      Pada tahun 1991 NCR Corporation / AT & T (sekarang Alcatel-Lucent dan LSI Corporation) diciptakan pendahulu ke 802.11 di Nieuwegein, Belanda. Para penemu awalnya dimaksudkan untuk menggunakan teknologi untuk sistem kasir, produk nirkabel pertama dibawa di pasar di bawah nama WaveLAN dengan tingkat data mentah dari 1 Mbit / s dan 2 Mbit / s.
      Vic Hayes, yang memegang kursi IEEE 802.11 selama 10 tahun dan telah disebut sebagai "ayah dari Wi-Fi" terlibat dalam merancang standar awal 802.11b dan 802.11a dalam IEEE.
       
          Pada tahun 1992, Ilmiah dan Industri Persemakmuran Penelitian Organisasi (CSIRO) memperoleh paten di Australia untuk metode teknologi transfer data nirkabel berdasarkan penggunaan transformasi Fourier untuk "unsmear" sinyal. Pada tahun 1996, mereka memperoleh paten untuk teknologi yang sama di AS. Pada bulan April 2009, 14 perusahaan teknologi menjual perangkat Wi-Fi, termasuk Dell, HP, Microsoft, Intel, Nintendo, dan Toshiba, setuju untuk membayar CSIRO $ 250 juta untuk pelanggaran pada hak paten CSIRO

       

      10BaseT

          10BaseT adalah sebuah standar yang digunakan untuk mengimplementasikan jaringan berbasis teknologi Ethernet. Dibandingkan dengan standar 10Base2 atau 10Base5, standar 10BaseT ini lebih populer, meski kecepatan yang ditawarkan adalah sama, yaitu 10 Megabit per detik. 10BaseT menggunakan kabel Unshielded Twisted-Pair (UTP) untuk menghubungkan komputer, dan menggunakan hub untuk membentuk sebuah jaringan.
      10BaseT mendukung kecepatan hingga 10 Megabit per detik, tapi dalam kenyataannya kecepatan yang dapat diraihnya hanyalah berkisar antara 4 Megabit per detik hingga 6 Megabit per detik, karena adanya beberapa halangan seperti kolisi (tumbukan) paket data dalam jaringan. Standar ini dibangun berdasarkan spesifikasi IEEE 802.3 yang dikembangkan oleh Project 802.
      Jaringan 10BaseT dihubungkan dengan menggunakan topologi star ke sebuah hub yang berada di tengah-tengah jaringan. Kabel UTP yang digunakan adalah kabel UTP Kategori 3, UTP Kategori 4, atau UTP Kategori 5, yang diberi ujung konektor RJ-45.

           Panjang maksimum satu buah segmen jaringan 10BaseT adalah 100 meter. Jika jarak antara dua segmen melebihi jarak ini, maka dua segmen tersebut harus dihubungkan dengan menggunakan repeater. Jarak minimum sebuah segmen adalah 2.5 meter. Dengan menggunakan stackable hub (hub yang dapat ditumpuk), sebuah jaringan yang cukup besar dapat dibentuk dengan menggunakan standar ini. Meskipun standar ini mendukung hingga 1024 node, sebaiknya dalam satu jaringan jangan terdapat lebih dari 300 node agar kinerja yang lebih baik, mengingat semakin banyak node yang terhubung akan memperbanyak kolisi yang terjadi.
      Nama 10BaseT diambil dari beberapa komponen yang menyusunnya, yakni:
       
      • Kecepatan maksimum jaringan (10 Mbit/detik)
      • Metode transmisi jaringan (Baseband)
      • Kabel yang digunakan (Twisted-Pair).
      Standar jaringan ini sudah dianggap usang, dan digantikan dengan standar 100BaseT (Fast Ethernet) atau bahkan Gigabit Ethernet (1000BaseT).